Selasa, 22 Januari 2013

Alamat Panti Pijat Sex

Agan-agan berada dalam artikel : Alamat Panti Pijat Sex
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Alamat Panti Pijat Sex
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur Agan - agan...


Istri Kepala Dinas

Perkenalkanlah namaku Galaxy. Aku adalah seorang teknisi parabola, dan bekerja
di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang penjualan antena parabola
yang tentu saja membutuhkan teknisi untuk melayani pemasangan dan perbaikan
parabola. Di perusahaan ini walau bukan paling senior tetapi aku tergolong
paling terampil dan cekatan, hingga jika pimpinan dapat pekerjaan besar, aku
yang jadi andalannya.

Suatu hari aku mendapat tugas untuk memasang antena parabola di rumah kepala
dinas sebuah bank pemerintah. Dengan dibantu 2 orang asisten yakni Edo dan Salim,
aku berangkat ke alamat tujuan sambil menenteng segala peralatan. Waktu itu aku
diantar sopir kemudian setelah sampai di tujuan, kami bertiga diturunkan berikut
segala barang dan peralatannya. Di rumah dinas yang terkesan asri karena
dipenuhi pohon mangga, kami diterima oleh satpam yang kemudian setelah
mengadakan kontak lewat intercom diberi ijin masuk.

Seorang wanita muda berumur sekitar 25 tahun dengan berbusana daster biru malam,
sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus menyambut kami. Sekejap aku
terpesona melihat kecantikan wajahnya, bibir dan hidungnya luar biasa indahnya.
“Selamat pagi, Mbak.., kami yang mau memasang parabola pesanan bapak kepala”.
“Ohh, iya silakan masuk saja Mas.., tapi bapak masih dinas, dan kebetulan rumah
lagi sepi jadi terserah Mas saja masangnya”.

Tanpa basa basi lagi aku segera memerintahkan asistenku untuk segera mulai
bekerja, dengan harapan bisa berkenalan tanpa gangguan, siapa tahu nasibku
sedang mujur. Dari perkenalan, wanita tersebut bernama Asni dan adalah istri
kepala dinas, tepatnya istri kedua, yang duda karena ditinggal mati. Semula
kuduga dia adalah anaknya, tapi ternyata ibu dari 2 anak tiri yang umurnya
sebayanya. Kedua anak-tirinya wanita dan cantik-cantik, terlihat dari foto besar
yang terpajang di ruang keluarga.

Sementara kedua asistenku sedang merakit parabola, aku asyik menerangkan aneka
macam seputar parabola, mulai dari acara siaran sampai cara merawat parabola.
Kelihatan Mbak Asni juga antusias mendengarnya, padahal aku cuma asal bicara
agar bisa berlama-lama dekat dengan Mbak Asni sambil terus membayangkan besarnya
payudara yang mengembung besar di balik dasternya. Mbak Asni duduk persis di
depanku, hingga waktu aku memberi keterangan sambil membuat tulisan di meja, dia
terpaksa menunduk untuk ikut membacanya, dan karena krah dasternya longgar
sekali maka otomatis semua isi di dalamnya jadi ternganga lebar, jantungku
seketika bergetar-getar tak menentu saat menyaksikannya. Batang kemaluanku
mendadak beringas laksana torpedo hendak meluncur. Aku tak tahu apa Mbak Asni
tahu kalau aku jadi keterusan nulis-nulis sambil sesekali melirik ke balik
dasternya. Tampaknya dia cuek saja sambil mendengar penjelasanku.

“Diminum dulu Mas.., tehnya, mumpung masih hangat!”, katanya sambil tersenyum
manis setengah menggoda. Akupun jadi salah tingkah dan mengiyakannya. Tehnya
memang hangat dan segera menyegarkan otakku kembali. Daripada pusing memikirkan
cara untuk menggapai gunung kembar, aku minta diri untuk mengawasi pekerjaan
asisten.

Tak terasa hari telah menjelang sore ketika pekerjaan selesai. Terlihat Mak Asni
tengah bersiap untuk mandi. Pikiran kotor langsung menyergap, dan tak kuasa aku
menolaknya. Membayangkan kala tangannya mengusap lembut seluruh tubuhnya, lalu
dadanya, lalu perutnya, lalu anunya, lalu.., wow, Mbak Asni tidak menyadari
kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar
mandi telah tertutup aku jadi merasa kehilangan.

Dengan reflek aku memberi kode dengan jari telunjuk berdiri di depan mulut pada
kedua asistenku. Keduanya malah cengengesan. Tanpa komando, kami kompak
menggotong sebuah kursi tinggi agar bisa mengintip lewat lubang angin di atas
pintu. Aku langsung saja merebut kesempatan pertama untuk menaiki kursi, dan
karena besarnya lubang angin maka seluruh isi kamar mandi jadi terlihat.

Mbak Asni tampak mulai mengangkat ujung dasternya ke atas hingga melampaui
kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana dalam warna coklat dan BH, itupun
tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dadaku terasa mau pecah
saking menahan napas. Luar biasa keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Tetapi
aku terkejut dengan caranya mandi, tanpa diguyur air dia mengolesi seluruh
tubuhnya dengan sabun cair, lalu tangannya meremasi kedua payudaranya dan
berputar-putar di ujungnya. Batang kemaluanku seakan turut merasakan pijitannya
jadi membesar. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Mbak Asni
meneruskan permainannya ke bawah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat,
mulutnya menyungging seperti orang kepedasan cabe. Tak sadar tanganku ikut
memijiti batang kemaluanku sendiri. Sayang kedua asistenkupun minta giliran
jatah tontonan gratis yang aduhai. Merekapun jadi seperti terkena tegangan
tinggi, celana kombornya tak mampu menyembunyikan batang yang mencuat kencang.

“Ayo, Mass.., masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya
tidak terkunci kok!”, tiba-tiba terdengar seruan lembut bernada ajakan. Tetapi
terus terang kelembutan itu membuat kami hampir pingsan dan amat sangat
mengejutkan. Kami serentak saling berpandangan kebingungan.
“Maaf yah Mbak.., kami tidak sengaja kurang ajar”.. Aku menjawab sambil
mengambil inisiatif pelan-pelan memutar handel pintu kamar mandi yang memang
benar tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, kami bertiga seperti patung
menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Mbak Asni tersenyum
manis sekali dan tanpa canggung melambaikan tangannya agar kami lebih
mendekatinya. Wah tentu saja kami tak perlu mendengar suara ulangan lagi,
serempak kami bertiga mengerubuti sang dewi.

Dengan posisi duduk di atas bak mandi Mbak Asni menyuruh kami mandi dahulu agar
bau keringat kami lenyap. Aku, Edo, dan Salim segera melepas semua pakaian
masing-masing, dan seperti anak kecil berebutan mandi di bawah siraman shower.
Tanpa rasa malu kami bertiga telanjang bulat di hadapan Mbak Asni. Batang
kemaluan kami sudah pada posisi maksimal, mengacung-acung keras minta perhatian.
Mbak Asnipun kegelian melihat tingkah kami bertiga. Lalu Mbak Asni memandikan
kami satu per satu. Batang kemaluanku yang terlihat paling besar, berdenyut-denyut
kala tangan Mbak Asni mengelusinya dengan sabun. Ah, nikmat sekali apalagi
begitu tangannya bergerak maju mundur, segera kuraih gunung impianku yang telah
nyata di depan hidung dan meremasinya sambil mulut kami saling berpagutan.
Sementara Edo dan Salim tidak mau ketinggalan, mereka memang tim yang kompak.
Tangan Edo menggerayangi selangkangan Mbak Asni yang nyaris tertutup seluruhnya
oleh bulu ikal yang lebat. Sedang Salim kebagian pekerjaan menjilati pantat Mbak
Asni, kelihatan Mbak Asni keenakan sekali ketika ujung lidah Salim menjongkel-jongkel
lubang anusnya. Tangan Mbak Asnipun dengan adil bergantian meremas dan mengocok
batang kemaluan kami, yang tentu saja membuat kami semua mengerang kenikmatan.

Mungkin karena kurang leluasa dengan posisi berdiri, Mbak Asni mengajak kami
bertiga segera menyudahi acara mandi bersama. Dan mengajak pindah lokasi ke
kamar tidur. Salim yang anak keturunan Arab telentang di atas kasur, batangnya
yang sangat panjang menegang ke atas persis seperti orang punya ekor. Mbak Asni
tanpa ragu-ragu segera mengangkanginya dan menyodorkan vaginanya. Salim
kegirangan segera menjilatinya dengan rakus sampai berbunyi cipak-cipuk. Mbak
Asnipun keenakan sambil menyosor-nyosorkan vaginanya ke mulut Salim agar lidah
Salim lebih masuk ke dalamnya. Tanpak Salim semakin gigih menyedoti cairan
vagina Mbak Asni. Sedang Edo yang tak tahan menunggu lalu menyodorkan batangnya
yang bulat hitam ke mulut Mbak Asni. Mulut Mbak Asni tampak menganga menyambut
kehadirannya. Lidahnya berputar-putar mengulum batang Edo, lalu memainkannya
maju mundur. Terang saja Edo melenguh-lenguh merasakan kenikmatan yang luar
biasa.

Aku tak habis berpikir menyaksikan istri seorang pejabat terhormat dengan ganas
mengerang-erang menikmati pelayanan kami. Barangkali suaminya memang sudah tua
atau impoten, hingga tidak menyia-nyiakan kehadiran kami. Padahal menurutku Mbak
Asni cantik sekali, hidungnya mancung, bibirnya agak tebal, sensual sekali. Dan
badannya padat berisi apalagi kala kuremas-remas payudaranya jelas seperti gadis
perawan. Membuatku gemas sekali menyedoti ujung puting susunya. Lidahku mengais-ngais
agak ngawur ke sana ke sini. Tapi semakin ngawur semakin membuat Mbak Asni
bersemangat mengocok batang Edo dengan mulutnya. Dan akhirnya Edo tampak
kewalahan menahan permainan Mbak Asni. Tangannya mencengkeram kepala Mbak Asni
sambil mendorong ke arah selangkangannya. Hingga batangnya habis tertelan mulut
Mbak Asni, lalu “Cret.., cret.., crett”, Batang Edo menyemburkan maninya, Mbak
Asnipun tidak merasa jijik atau bagaimana segera menelan habis mani Edo, sambil
lidahnya terus menjilati ujung batang Edo. Karuan saja Edo kegelian dan terus
memuntahkan “lahar” hingga loyo.

Aku segera membalik badan Mbak Asni lalu kedua kakinya buru-buru kuangkat ke
atas. Vaginanya kelihatan terbuka kemerahan walau dirimbuni bulu yang sangat
lebat. Lalu.., “Bless”, sekali tancap batangku amblas ke dalamnya. Karena
batangku sudah berdenyut-denyut dari tadi maka seperti orang kesetanan aku
mengayunkan pinggangku maju mundur. Mata Mbak Asni membelalak merasakan
kenikmatan yang tiada taranya. Dari liang kewanitaannya mengalir cairan lendir
banyak sekali. Akibatnya goyanganku menimbulkan suara gaduh. Mbak Asni mengerang-erang
kala aku menyemburkan air maniku.Banyak sekali keluarnya, maklum lagi bernapsu
besar.

Salim segera menggantikan posisiku, dan langsung memompa vagina Mbak Asni. Aduh,
tak terbayangkan kenikmatan yang dirasakan oleh Mbak Asni. Mukanya tampak
bahagia sekali. Pinggulnya menghentak-hentak mengikuti gerakan Salim. Apalagi
batang Salim yang sangat panjang membuat Mbak Asni kelojotan kala batang itu
mengayun tandas ke dalam. Sambil meremas keras sprei kasur, Mbak Asni kelihatan
mencapai klimaks yang entah ke berapa. Sampai Salim pun menggelepar di atas
perut Mbak Asni.